TUGAS
KELOMPOk
MATA
KULIAH: EKONOMI MONETER
DOSEN
PEMBIMBING : ANDI IKA FAHRIKA. S.E., M.Si
INFLASI
(Konsep Dasar
Inflasi, Penyebab Inflasi, Pengaruh Inflasi dan Cara Mengatasi Inflasi)
OLEH:
EKONOMI ISLAM V
1. RIZKA
NADHIRAH (10200111076)
2. SAPPEAMI (10200111077)
3. SAPRIL (10200111078)
4. SARINA (10200111079)
5. SRIWAHYUNI (10200111081)
6. SUHARDI (10200111082)
7. SUNARTI (10200111083)
8. SUPRIADI
MUSLIMIN (10200111084)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan Taufik-Nyalah sehingga
kami dapat menyusun makalah ini yang di dalamnya Membahas tentang “INFLASI”.
Walaupun terlihat sangat sederhana, namun kami telah
menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, sesuai dengan materi yang kami
peroleh dengan berbagai cara dalam mengumpulkan materi-materi yang
bersangkutan. Dan kami berharap mudah-mudahan melalui isi yang terdapat dalam
makalah inI dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami juga
sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing “ANDI
IKA FAHRIKA. S.E., M.Si” yang telah memberikan tugas kepada kami, karena dengan
adanya tugas ini kami dapat menambah ilmu pengetahuan yang mana pada dsarnya
belum kami ketahui sebelumnya. Dan terima kasi juga kepada teman-teman yang
telah membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Akhirnya atas nama penyusun,
berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca, dapat menambah pegetahuan dan wawasan terutama hal-hal yang
mengenai kewarganegaraan, dan demi kesempurnaan makalh ini, kami jugu sangat
mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca, apabila dalam makalah ini
terdapat kekeliruan mohon dima’afkan, karena itu semua membuktikan bahwa
manusia itu tidak lupuk dari kesalahan.
Makassar , 17 November
2012
Kelompok I
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal
ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan
produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan
inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi.
Seperti
telah diketahui, secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan
tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus-menerus. Data
mengenai perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jassa
secara komponen pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang
diperdagangkan antara produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang besar
(Indeks Haraga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun cakupan barang dan jasa yang
dijual secara eceran dan di konsumsi oleh sebagian besar masyarakat (Indeks
Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara perhitungan inflasi didasarkan pada
perubahan indeks pada periode tertentu dengan indeks periode sebelummnya.
Sebagai contoh, laju inflasi bulanan dihitung dari perubahan indeks bulan ini
dan indeks bulan sebelumnya.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apa sajakah yang terdapat dalam konsep dasar Inflasi?
b.
Apakah penyebab timbulnya Inflasi?
c.
Apakag pengaruh adanya inflasi?
d.
Bagaimanakah cara Mengatasi Inflasi?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui konsep dasar Inflasi.
b.
Untuk mengetahui penyebab timbulnya inflasi.
c.
Untuk mengetahui pengaruh adanya Inflasi.
d.
Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi Inflasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP
DASAR INFLASI
a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu
kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus dan
dalam jangka waktu yang panjang.
Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut meluas kepada
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dariharga barang-barang lain,
Boediono (1982: 155). Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu
gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja
ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan
diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini
berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang
tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
b. Faktor-faktor yang mendorong timbulnya inflasi:
- Sumber-sumber ekonomi yang ingin diserap pemerintah lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan oleh pihak non pemerintah pada tingkat harga yang berlaku.
- Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan yang relative lebih besar daripada kenaikan produktifitas mereka.
- Adanya harapan (ekspektasi) yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa-jasa naik lebih cepat daripada tambahan output yang mungkin dicapai dalam perekonomian.
- Adanya kebijaksanaan pemerintah yang dapat mendorong kenaikan harga, utamanya kebijaksanaan fiskal.
- Pengaruh alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga.
- Pengaruh inflasi luar negeri, khususnya Negara-negara yang menganut system perekonomian terbuka.
c. Jenis-Jenis
Inflasi
·
Berdasarkan sifatnya Inflasi dapat digolongkan menjadi empat
yaitu:
1. Inflasi ringan, yaitu tingkat
inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun;
2. Inflasi sedang, yaitu antara 10% s/d
30% setahun;
3. Inflasi berat, yaitu antara 30% s/d 100%
setahun;
4. Hiper inflasi, yaitu di atas 100%
setahun.
·
Berdasarkan sebabnya Inflasi dibagi menjadi :
1)
Demand Full Inflation
yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan
masyarakat akan barang dan jasa yang begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya
tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan
jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa
mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatannya meningkat, maka
konsumsi susunya juga meningkat menjadi katakanlah 3 gelas sehari. Dengan
meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga
barang-barang.
2)
Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya-biaya produksi,
baik karena buruh menuntut kenaikan upah, maupun karena perusahaan menghendaki
keuntungan yang melebihi kemampuannya berproduksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan
bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan
bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual
barang dan jasanya.
3)
Inflasi Kombinasi
adalah inflasi yang timbul karena,
disamping pengaruh permintaan dalam negeri yang kuat, juga adanya kenaikan
biaya-biaya produksi.
(inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), namun
ada pula pendapat yang menyebutkan ada 3)
·
Berdasarkan asalnya Inflasi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Domestic Inflation( inflasi yang berasal atau bersumber
dari dalam negeri)
adalah inflasi yang timbul karena adanya “Shock” atau kejutan dari dalam
negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan
kenaikan harga. Misalnya
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang
baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong
tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan
mendorong kenaikan harga barang-barang.
2) Imported inflation(Inflasi yang berasal dari luar
negeri)
adalah inflasi yang terjadi karena
pengaruh inflasi dari luar negeri. Kenaikan harga umum dalam negeri dapat
dipengaruhi tidak hanya harga dalam negeri, tetapi juga oleh harga-harga luar
negeri yang tercermin pada barang-barang impor.
Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih
banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga
barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang
akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.
·
Ditinjau dari tingkat Intesitasnya
1) Creeping Inflation (inflasi merayap)
adalah inflasi yang memperlihatkan kenaikan laju inflasi secara
perlahan-lahan.
2) Hyper Inflation
adalah inflasi yang memperlihatkan laju inflasi yang sangat cepat
2.2 PENYEBAB TIMBULNYA
INFLASI
Ahli-ahli ekonomi PBB menyatakan bahwa ada tiga
sektor yang memungkinkan terjadinya Inflasi.Ketiga sektor itu adalah :
1. Sektor
impor-ekspor
Menurut
mereka jika eksport suatu negara lebih besar dari importnya maka akan ada
tekanan inflasi.Tekanan inflasi yang terjadi disini diakibatkan oleh makin
besarnya jumlah uang yang beredar dalam negeri karena penerimaan deviezen dari luar negeri.
2. Sektor
saving-investasi
Jika
investasi suatu negara lebih besar dari savingnya,hingga untuk membiayai
investasi yang lebih besar dari saving itu harus dikeluarkan uang baru maka
akan timbul tekanan inflasi.
3. Sektor
penerimaan dan pengeluaran negara
Apabila
anggaran belanja suatu negara mengalami defisit,artinya pengeluaran pemerintah
lebih besar dari penerimaanya,sehingga untuk menutupi pengeluaran yang lebih
besar itu harus dikeluarkan uang baru maka akan ada tekanan inflasi.
Apabila
dari ketiga sektor ini terjadi tekanan inflasi maka terjadilah inflasi yang sesungguhnya .Menurut mereka
inflasi yang sesungguhnya tidak akan terjadi apabila ketiga sektor tersebut
saling imbang-mengimban
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat
tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi
(kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya
distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi
dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh
Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, Dan lain-lain.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation)
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu
oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi
dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga
faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan
dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation)
terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
2.3 PENGARUH INFLASI
Pengaruh
Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi mengakibatkan para pemilik
modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan carai membeli
rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada
melakukan investasi yang produktif.
2.
Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari kemerosotan nilai
uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan menaikkan tingkat
suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka tingkat suku bunga
juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman
modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.
3.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Apabila gagal mengendalikan inflasi,
akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya arah perkembangan
ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4. Menimbulkan masalah neraca
pembayaran.
Inflasi akan menyebabkan harga
barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang dihasilkan di dalam
negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada
ekspor. Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang
masuk kedalam negeri. Keadaan ini akan menagibatkan terjadinya deficit neraca
pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif-
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang
parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk
dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi
sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun
1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan
berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan
adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan
dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena
nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun
jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang
enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.
Bagi
orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila
tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.4 CARA MENGATASI INFLASI
a. Kebijakan Moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas,
peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah dengan mengatur jumlah uang
yang beredar. Kebijakan yang diambil oleh bank sentral tersebut dinamakan
kebijakan moneter, yaitu dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut.
1. Politik
Diskonto (discount policy)
adalah politik bank sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan
menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada
menjalankan investasi.
2. Politik Pasar
Terbuka (open market policy)
dijalankan dengan membeli dan menjual
surat-surat berharga
seperti obligasi negara kepada masyarakat. Dengan menjual surat-surat berharga
diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.Jadi dengan politik seperti ini,maka
jumlah uang yang beredar dimasyarakat dikurangi dan sebagai gantinya bertambah
obligasi negara atau surat-surat berharga lainnya di tangan
masyarakat.Berkurangnya jumlah uang di tangan masyarakat menyebabkan permintaan
terhadap barang akan berkurang ,dan barang-barang di pasar hanya dapat dijual
seluruhnya apabila harga diturunkan dan dengan telah terealisirnya hal
ini,inflasipun telah dikurangi tekanannya.
3. Politik
Persediaan Kas (cash ratio policy)
adalah politik Bank Sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase
persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas,
diharapkan jumlah kredit akan berkurang.
4. Pengawasan
kredit secara selektif.
b. Kebijakan Fiskal
Selain kebijakan moneter, pemerintah
dapat juga memberlakukan kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang berhubungan
dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam
kebijakan fiskal adalah:
1. pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN)
2. peningkatan tarif/pajak.
Dengan
menambah pajak berarti penghasilan seseorang akan berkurang,karena sebagian
dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak telah diberikan kepada
pemerintah.Disposible incomenya menjadi berkurang.Apabila penghasilan seseorang
berkurang maka tenaga pembeliannya akan
berkurang pula dan apabila tenaga pembeli berkurang harga barang-barang tidak
akan mungkin naik lagi ,melainkan ia akan turun seimbang dengan jumlah uang
yang ada dalam masyarakat.
Penambahan
pajak ini dapat direalisasikan ,selain dengan menaikkan pajak dapat pula dengan
jalan menambah jenis pajak yang harus dibayar oleh masyarakat.Tetapi dalam
menaikkan pajak ,terlebih dahulu harus diselidiki golongan masyarakat yang mana
yang harus diperberat pajaknya agar dengan tindakan itu benar-benar akan
mengurangi permintaan seluruhnya.Artinya menaikkan pajak untuk mengatasi
inflasi haruslah dikenakan untuk benar-benar mengurangi penghasilan masyarakat,sebab
pada umumnya penaikkan pajak demikianlah yang lebih efektif untuk mengurangi
tekanan inflasi.
c. Kebijakan Nonmoneter
Selain dua kebijakan di atas ada juga
yang disebut kebijakan nonmoneter yang mengatur hal-hal berikut:
1. Peningkatan produksi.
2. Kebijakan upah.
3. Pengawasan harga
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Inflasi merupakan hal yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk
pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat
menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya
kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau
income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan
yang biasanya dapat terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena keterbatasan
kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi
dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan
karena inflasi yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi
yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor.
3.2
Saran
Kami sebagai penyusun menyarankan
kepada para pembaca dan agar sekiranya tidak merasa puas terhadap isi makalah
kami, sehingga adanya keinginginan untuk mengkaji lebih mendalam temtang
Inflasi. Dan kami juga sangat mengharapkan kritikan yang bersifat mebangun
terhadap makalah yang telah kami susun ini.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Manullang,M.1980.Pengantar Teori
Ekonomi Moneter.
Yogyakarta:Ghalia Indonesia.
5.
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.