html

javaScript

html

javaScript

Kamis, 05 Februari 2015

Inflasi


TUGAS KELOMPOk
MATA KULIAH: EKONOMI MONETER
DOSEN PEMBIMBING : ANDI IKA FAHRIKA. S.E., M.Si

INFLASI
(Konsep Dasar Inflasi, Penyebab Inflasi, Pengaruh Inflasi dan Cara Mengatasi Inflasi)


OLEH:
EKONOMI ISLAM V
1.    RIZKA NADHIRAH        (10200111076)
2.    SAPPEAMI                     (10200111077)
3.    SAPRIL                            (10200111078)
4.    SARINA                           (10200111079)
5.    SRIWAHYUNI                (10200111081)
6.    SUHARDI                        (10200111082)
7.    SUNARTI                                   (10200111083)
8.    SUPRIADI MUSLIMIN  (10200111084)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan Taufik-Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang di dalamnya Membahas tentang “INFLASI”.
Walaupun  terlihat sangat sederhana, namun kami telah menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, sesuai dengan materi yang kami peroleh dengan berbagai cara dalam mengumpulkan materi-materi yang bersangkutan. Dan kami berharap mudah-mudahan melalui isi yang terdapat dalam makalah inI dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami juga sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing “ANDI IKA FAHRIKA. S.E., M.Si” yang telah memberikan tugas kepada kami, karena dengan adanya tugas ini kami dapat menambah ilmu pengetahuan yang mana pada dsarnya belum kami ketahui sebelumnya. Dan terima kasi juga kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Akhirnya atas nama penyusun, berharap semoga makalah  ini bermanfaat bagi semua pembaca, dapat menambah pegetahuan dan wawasan terutama hal-hal yang mengenai kewarganegaraan, dan demi kesempurnaan makalh ini, kami jugu sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca, apabila dalam makalah ini terdapat kekeliruan mohon dima’afkan, karena itu semua membuktikan bahwa manusia itu tidak lupuk dari kesalahan.
                                                                                                                                               
                                                                                                    
                                            Makassar , 17 November 2012

                                                                            
                                                                            Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi.
Seperti telah diketahui, secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus-menerus. Data mengenai perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jassa secara komponen pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang diperdagangkan antara produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang besar (Indeks Haraga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun cakupan barang dan jasa yang dijual secara eceran dan di konsumsi oleh sebagian besar masyarakat (Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara perhitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode tertentu dengan indeks periode sebelummnya. Sebagai contoh, laju inflasi bulanan dihitung dari perubahan indeks bulan ini dan indeks bulan sebelumnya.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa sajakah yang terdapat dalam konsep dasar Inflasi?
b.      Apakah penyebab timbulnya Inflasi?
c.       Apakag pengaruh adanya inflasi?
d.      Bagaimanakah cara Mengatasi Inflasi?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui konsep dasar Inflasi.
b.      Untuk mengetahui penyebab timbulnya inflasi.
c.       Untuk mengetahui pengaruh adanya Inflasi.
d.      Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi Inflasi.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  KONSEP DASAR INFLASI
a.      Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus dan dalam jangka waktu yang panjang.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dariharga barang-barang lain, Boediono (1982: 155). Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
b.      Faktor-faktor yang mendorong timbulnya inflasi:
  1. Sumber-sumber ekonomi yang ingin diserap pemerintah lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan oleh pihak non pemerintah pada tingkat harga yang berlaku.
  2. Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan yang relative lebih besar daripada kenaikan produktifitas mereka.
  3. Adanya harapan (ekspektasi) yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa-jasa naik lebih cepat daripada tambahan output yang mungkin dicapai dalam perekonomian.
  4. Adanya kebijaksanaan pemerintah yang dapat mendorong kenaikan harga, utamanya kebijaksanaan fiskal.
  5. Pengaruh alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga.
  6. Pengaruh inflasi luar negeri, khususnya Negara-negara yang menganut system perekonomian terbuka.
c.       Jenis-Jenis Inflasi
·         Berdasarkan sifatnya Inflasi dapat digolongkan menjadi empat yaitu:
1.      Inflasi ringan, yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun;
2.      Inflasi sedang, yaitu antara 10% s/d 30% setahun;
3.      Inflasi berat, yaitu antara 30% s/d 100% setahun;
4.      Hiper inflasi, yaitu di atas 100% setahun.

·         Berdasarkan sebabnya Inflasi dibagi menjadi :
1)      Demand Full Inflation
yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatannya meningkat, maka konsumsi susunya juga meningkat menjadi katakanlah 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
2)      Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya-biaya produksi, baik karena buruh menuntut kenaikan upah, maupun karena perusahaan menghendaki keuntungan yang melebihi kemampuannya berproduksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
3)      Inflasi Kombinasi
 adalah inflasi yang timbul karena, disamping pengaruh permintaan dalam negeri yang kuat, juga adanya kenaikan biaya-biaya produksi.
(inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), namun ada pula pendapat yang menyebutkan ada 3)
·         Berdasarkan asalnya Inflasi dibagi menjadi dua yaitu:
1)      Domestic Inflation( inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri)
adalah inflasi yang timbul karena adanya “Shock” atau kejutan dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga. Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
2)      Imported inflation(Inflasi yang berasal dari luar negeri)
 adalah inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri. Kenaikan harga umum dalam negeri dapat dipengaruhi tidak hanya harga dalam negeri, tetapi juga oleh harga-harga luar negeri yang tercermin pada barang-barang impor.
Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.
·         Ditinjau dari tingkat Intesitasnya
1)      Creeping Inflation (inflasi merayap)
adalah inflasi yang memperlihatkan kenaikan laju inflasi secara perlahan-lahan.
2)      Hyper Inflation
adalah inflasi yang memperlihatkan laju inflasi yang sangat cepat
2.2 PENYEBAB TIMBULNYA INFLASI
Ahli-ahli ekonomi PBB menyatakan bahwa ada tiga sektor yang memungkinkan terjadinya Inflasi.Ketiga sektor itu adalah :
1.      Sektor impor-ekspor
Menurut mereka jika eksport suatu negara lebih besar dari importnya maka akan ada tekanan inflasi.Tekanan inflasi yang terjadi disini diakibatkan oleh makin besarnya jumlah uang yang beredar dalam negeri karena penerimaan deviezen  dari luar negeri.
2.      Sektor saving-investasi
Jika investasi suatu negara lebih besar dari savingnya,hingga untuk membiayai investasi yang lebih besar dari saving itu harus dikeluarkan uang baru maka akan timbul tekanan inflasi.
3.      Sektor penerimaan dan pengeluaran negara
Apabila anggaran belanja suatu negara mengalami defisit,artinya pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaanya,sehingga untuk menutupi pengeluaran yang lebih besar itu harus dikeluarkan uang baru maka akan ada tekanan inflasi.
Apabila dari ketiga sektor ini terjadi tekanan inflasi maka terjadilah  inflasi yang sesungguhnya .Menurut mereka inflasi yang sesungguhnya tidak akan terjadi apabila ketiga sektor tersebut saling imbang-mengimban
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, Dan lain-lain.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
2.3 PENGARUH INFLASI
Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan carai membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.
2. Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka tingkat suku bunga juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.
3. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Apabila gagal mengendalikan inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4.   Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
Inflasi akan menyebabkan harga barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor. Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang masuk kedalam negeri. Keadaan ini akan menagibatkan terjadinya deficit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.4 CARA MENGATASI INFLASI
a. Kebijakan Moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang diambil oleh bank sentral tersebut dinamakan kebijakan moneter, yaitu dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut.

1.      Politik Diskonto (discount policy)
 adalah politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan investasi.

2.      Politik Pasar Terbuka  (open market policy)
 dijalankan dengan membeli dan menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.Jadi dengan politik seperti ini,maka jumlah uang yang beredar dimasyarakat dikurangi dan sebagai gantinya bertambah obligasi negara atau surat-surat berharga lainnya di tangan masyarakat.Berkurangnya jumlah uang di tangan masyarakat menyebabkan permintaan terhadap barang akan berkurang ,dan barang-barang di pasar hanya dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan dan dengan telah terealisirnya hal ini,inflasipun telah dikurangi tekanannya.

3.      Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan berkurang.

4. Pengawasan kredit secara selektif.
           
b. Kebijakan Fiskal

Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam kebijakan fiskal adalah:
1. pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN)
2. peningkatan tarif/pajak.
Dengan menambah pajak berarti penghasilan seseorang akan berkurang,karena sebagian dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak telah diberikan kepada pemerintah.Disposible incomenya menjadi berkurang.Apabila penghasilan seseorang berkurang  maka tenaga pembeliannya akan berkurang pula dan apabila tenaga pembeli berkurang harga barang-barang tidak akan mungkin naik lagi ,melainkan ia akan turun seimbang dengan jumlah uang yang ada dalam masyarakat.
Penambahan pajak ini dapat direalisasikan ,selain dengan menaikkan pajak dapat pula dengan jalan menambah jenis pajak yang harus dibayar oleh masyarakat.Tetapi dalam menaikkan pajak ,terlebih dahulu harus diselidiki golongan masyarakat yang mana yang harus diperberat pajaknya agar dengan tindakan itu benar-benar akan mengurangi permintaan seluruhnya.Artinya menaikkan pajak untuk mengatasi inflasi haruslah dikenakan untuk benar-benar mengurangi penghasilan masyarakat,sebab pada umumnya penaikkan pajak demikianlah yang lebih efektif untuk mengurangi tekanan inflasi.

c. Kebijakan Nonmoneter
Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter yang mengatur hal-hal berikut:
1. Peningkatan produksi.
2. Kebijakan upah.
3. Pengawasan harga


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Inflasi merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena keterbatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor.
3.2  Saran
Kami sebagai penyusun menyarankan kepada para pembaca dan agar sekiranya tidak merasa puas terhadap isi makalah kami, sehingga adanya keinginginan untuk mengkaji lebih mendalam temtang Inflasi. Dan kami juga sangat mengharapkan kritikan yang bersifat mebangun terhadap makalah yang telah kami susun ini.









DAFTAR PUSTAKA

2.      Manullang,M.1980.Pengantar Teori Ekonomi Moneter.
Yogyakarta:Ghalia Indonesia.
5.      Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.